Industri Kecapi Sidrap

Description of the Lute

Kerajinan alat musik dari Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), khususnya kecapi di kabupaten sidrap. yaitu banyak digemari, kecapi memiliki kualitas ekspor dan diminati hingga ke luar negeri.

Dari seluruh alat musik kecapi yang diproduksi, lanjutnya, produk yang paling digemari adalah alat musik yang berukuran standar, baik yang dilengkapi dengan ukiran maupun yang tidak.

produk alat musik kecapi ini memiliki nilai seni yang sangat tinggi, baik dalam hal bentuk maupun kegunaan, sehingga sangat digemari oleh masyarakat di luar negeri..

Banyaknya pemesanan alat musik kecapi ini, membuat berinisiatif untuk membentuk kerajinan industri kecapi lain berbentuk alat musik kecapi, seperti miniatur, gantungan kunci, dan gelas.

"Harga yang ditawarkan pun cukup bervariasi, tergantung dari lokasi pemesan produk tersebut. Di luar Provinsi Sulsel, harga alat musik kecapi bisa mencapai Rp500 ribu, dan di luar negeri dipasarkan dengan harga Rp750 ribu," jelasnya.

Sedangkan untuk miniatur alat musik, harga di luar Provinsi Sulsel bisa mencapai Rp120 ribu, dan di luar negeri mencapai Rp150 ribu.


Home

 KECAPI SULAWESI SELATAN

 Kajian desain kecapi Sulawesi Selatan dan kaitannya dengan budaya maritim masyarakatnya.
Master Theses from JBPTITBPP / 2002-02-09 10:09:00
Oleh : Sukarman B., S2- Department of Fine Arts and Design - ITB
Dibuat : 1999-00, dengan 0 file

Keyword : Design; Kecapi; Culture
Subjek : Arts
Nomor Panggil (DDC) : T 787 SUK
Sumber pengambilan dokumen : Theses Magister Design and Fine Arts, IT
Penelitian ini dilatarbelakangi pemikiran bahwa kecapi Sulawesi Selatan sebagai salah satu karya budaya bangsa yang eksistensinya cenderung makin tergeser oleh desakan arus budaya luar akibat perkembangan zaman perlu direvitalisasi lewat pelbagai kegiatan, antara lain dengan melakukan kajian terhadap karya budaya tersebut. Mengkaji kecapi Sulawesi Selatan merupakan salah satu bentuk studi budaya yang selain bermakna menggali nilai-nilai budaya untuk menunjukkan identitas budaya bangsa sendiri, juga memberikan kontribusi yang lebih jauh berupa pemahaman kembali nilai-nilai budaya bangsa sendiri yang berguna sebagai bahan studi untuk menata masa depan bangsa. Demikianlah sekilas pemikiran yang menjadi landasan perlunya penelitian ini dilakukan. Permasalahan penelitian yang dikemukakan kemudian berawal dari adanya perhatian penulis pada bentuk kecapi Sulawesi Selatan yang sangat menyerupai perahu (pinisi). Dalam perhatian itu, penulis teringat pada ungkapan "masyarakat Sulawesi Selatan adalah masyarakat pelaut" yang sering didengung-dengungkan, sehingga rupa perahu yang tampak pada kecapi Sulawesi Selatan diduga merupakan indikasi perahu sebagai acuan visual dalam penciptaannya. Demikian, kemudian diduga desain kecapi tersebut punya kaitan dengan budaya maritim masyarakatnya. Selanjutnya, kecapi yang bentuknya menyerupai perahu itu terdapat di tiap etnik di Sulawesi Selatan, terutama Bugis, Makassar, Mandar, dan diberikan nama sesuai dengan nama etnik tersebut, yakni kecapi Bugis, kecapi Makassar, dan kecapi Mandar. Penamaan yang berbeda itu menjadi indikasi adanya perbedaan antara kecapi di etnik yang satu dengan kecapi di etnik yang lainnya. Demikianlah, sehingga desain kecapi Sulawesi Selatan dianggap perlu dikaji, baik dalam kaitannya dengan budaya maritim masyarakatnya maupun perbedaan di samping persamaannya di masing-masing etnik. Adapun permasalahan yang diteliti berkenaan dengan pemikiran di atas, yakni: (1) Apakah penciptaan desain kecapi di Sulawesi Selatan mempunyai kaitan dengan budaya maritim masyarakatnya; (2) Apakah bentuk kecapi Sulawesi Selatan mendapat inspirasi dari bentuk perahu; (3) Bila perahu sebagai acuan visual kecapi Sulawesi Selatan, unsur-unsur manakah yang merupakan transformasi dari bentuk perahu; (4) Apakah terdapat perbedaan aspek desain pada kecapi setiap
etnik di Sulawesi Selatan; (5) Bila terdapat perbedaan, bagaimanakah spesifikasi desain kecapi masing-masing etnik, dan faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan tersebut. Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk memahami konsep desain kecapi di Sulawesi Selatan serta unsur-unsur yang mempengaruhinya. Tujuan khususnya adalah untuk mengkaji keterkaitan desain kecapi Sulawesi Selatan dengan budaya maritim masyarakatnya. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi aktual yang menggambarkan paradigma desain masa lampau dalam wacana kebudayaan Sulawesi Selatan, khususnya yang ditunjukkan pada desain kecapinya, yang pada gilirannya dapat pula dijadikan referensi untuk mengkaji lebih lanjut perubahan-perubahan mendasar penciptaan artifak (desain) di Sulawesi Selatan. Dalam meneliti masalah di atas digunakan metode korelasi dan komparsi dengan pendekatan antropologis. Kedua metode dgn pendekatan itu secara interaktif digunakan dalam menganalisis data yang di dalam penelitian ini sifatnya kualitatif. Proses analisis
mencakup tiga alur kegiatan sbg suatu sistem, yakni: reduksi data, sajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan. Aktivitas ketiga komponen analisis tsb dilakukan dlm bentuk interaktif pula dgn proses pengumpulan data sbg suatu proses siklus. Selama proses penelitian berlangsung diperoleh data berupa data verbal dan data visual. Data verbal meliputi informasi mengenai penggunaan kecapi, informasi mengenai pelayaran orang-orang Sulawesi Selatan, dan informasi mengenai aktivitas kesenian masyarakat maritim, termasuk di saat berlayar. Data visual meliputi dokumentasi foto produk kecapi dan pelbagai jenis perahu Sulawesi Selatan. Dari data verbal dicari kaitan penciptaan dan penggunaan kecapi dgn budaya maritim masyarakatnya. Dari data visual dilakukan perbandingan bentuk dan struktur kecapi dgn bentuk dan struktur perahu (pinisi).
Hasil analisis data menunjukkan bahwa penciptaan kecapi di Sulawesi Selatan diawali oleh masyarakat pantai yg umum dikenal sbg masyarakat pelaut. Penciptaan kecapi oleh masyarakat pelaut dimotivasi oleh kebutuhan akan alat musik petik sederhana yg ada di daerah tsb, yg berlangsung sbg dorongan alami dlm rangka usaha mencari pemecahan-pemecahan yg lebih baik. Dalam proses itu, karakteristik masyarakat pelaut yg identik dgn kehidupan perahu menjadi spirit yg teradaptasi dgn norma-norma yg berlaku membentuk suatu konsep yg melatari perwujudan ...

Deskripsi Alternatif :

Penelitian ini dilatarbelakangi pemikiran bahwa kecapi Sulawesi Selatan sebagai salah satu karya budaya bangsa yang eksistensinya cenderung makin tergeser oleh desakan arus budaya luar akibat perkembangan zaman perlu direvitalisasi lewat pelbagai kegiatan, antara lain dengan melakukan kajian terhadap karya budaya tersebut. Mengkaji kecapi Sulawesi Selatan merupakan salah satu bentuk studi budaya yang selain bermakna menggali nilai-nilai budaya untuk menunjukkan identitas budaya bangsa sendiri, juga memberikan kontribusi yang lebih jauh berupa pemahaman kembali nilai-nilai budaya bangsa sendiri yang berguna sebagai bahan studi untuk menata masa depan bangsa. Demikianlah sekilas pemikiran yang menjadi landasan perlunya penelitian ini dilakukan. Permasalahan penelitian yang dikemukakan kemudian berawal dari adanya perhatian penulis pada bentuk kecapi Sulawesi Selatan yang sangat menyerupai perahu (pinisi). Dalam perhatian itu, penulis teringat pada ungkapan "masyarakat Sulawesi Selatan adalah masyarakat pelaut" yang sering didengung-dengungkan, sehingga rupa perahu yang tampak pada kecapi Sulawesi Selatan diduga merupakan indikasi perahu sebagai acuan visual dalam penciptaannya. Demikian, kemudian diduga desain kecapi tersebut punya kaitan dengan budaya maritim masyarakatnya. Selanjutnya, kecapi yang bentuknya menyerupai perahu itu terdapat di tiap etnik di Sulawesi Selatan, terutama Bugis, Makassar, Mandar, dan diberikan nama sesuai dengan nama etnik tersebut, yakni kecapi Bugis, kecapi Makassar, dan kecapi Mandar. Penamaan yang berbeda itu menjadi indikasi adanya perbedaan antara kecapi di etnik yang satu dengan kecapi di etnik yang lainnya. Demikianlah, sehingga desain kecapi Sulawesi Selatan dianggap perlu dikaji, baik dalam kaitannya dengan budaya maritim masyarakatnya maupun perbedaan di samping persamaannya di masing-masing etnik. Adapun permasalahan yang diteliti berkenaan dengan pemikiran di atas, yakni: (1) Apakah penciptaan desain kecapi di Sulawesi Selatan mempunyai kaitan dengan budaya maritim masyarakatnya; (2) Apakah bentuk kecapi Sulawesi Selatan mendapat inspirasi dari bentuk perahu; (3) Bila perahu sebagai acuan visual kecapi Sulawesi Selatan, unsur-unsur manakah yang merupakan transformasi dari bentuk perahu; (4) Apakah terdapat perbedaan aspek desain pada kecapi setiap
etnik di Sulawesi Selatan; (5) Bila terdapat perbedaan, bagaimanakah spesifikasi desain kecapi masing-masing etnik, dan faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan tersebut. Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk memahami konsep desain kecapi di Sulawesi Selatan serta unsur-unsur yang mempengaruhinya. Tujuan khususnya adalah untuk mengkaji keterkaitan desain kecapi
mencakup tiga alur kegiatan sbg suatu sistem, yakni: reduksi data, sajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan. Aktivitas ketiga komponen analisis tsb dilakukan dlm bentuk interaktif pula dgn proses pengumpulan data sbg suatu proses siklus. Selama proses penelitian berlangsung diperoleh data berupa data verbal dan data visual. Data verbal meliputi informasi mengenai penggunaan kecapi, informasi mengenai pelayaran orang-orang Sulawesi Selatan, dan informasi mengenai aktivitas kesenian masyarakat maritim, termasuk di saat berlayar. Data visual meliputi dokumentasi foto produk kecapi dan pelbagai jenis perahu Sulawesi Selatan. Dari data verbal dicari kaitan penciptaan dan penggunaan kecapi dgn budaya maritim masyarakatnya. Dari data visual dilakukan perbandingan bentuk dan struktur kecapi dgn bentuk dan struktur perahu (pinisi).
Hasil analisis data menunjukkan bahwa penciptaan kecapi di Sulawesi Selatan diawali oleh masyarakat pantai yg umum dikenal sbg masyarakat pelaut. Penciptaan kecapi oleh masyarakat pelaut dimotivasi oleh kebutuhan akan alat musik petik sederhana yg ada di daerah tsb, yg berlangsung sbg dorongan alami dlm rangka usaha mencari pemecahan-pemecahan yg lebih baik. Dalam proses itu, karakteristik masyarakat pelaut yg identik dgn kehidupan perahu menjadi spirit yang teradaptasi dgn norma-norma yg berlaku membentuk suatu konsep yg melatari perwujudan  
KECAPI SIDRAP
          Oleh :Purnama Manropi /deskripsi
           Dari uraian penelitian  diatas, jelas bahwah kecapi sidrap terinspirasi dari seorang pelaut ulung yang takdikenal   namanya. dari konsep budaya diatas lahirlah sebuah tatanan kehidupan yang melaterbelakangi kehidupan sosial dikabupaten sidrap yang mempunyai tautan musik daerah kecapi. contohnya ; kecapi yang dikembangkan disidrap atas permintaan " lapasulo alias Abbae " yang pertama;tama dikembangkan didesa massepe.terus mengalami perkembangan secara horisontal didalam masyarakat kabupaten sidrap.baik secara organologinya maupun secara ekonomisnya.